Monday, April 10, 2006

Siswa-siswa itu Tidak Lulus Ujian Nasional

Ninik (bukan nama sebenarnya) menenggelamkan wajahnya dipelukan temannya. Airmata yang mengalir dari kedua matanya, sebagai bentuk kesedihan yang mendalam, seakan tidak berhenti. "Sudahlah Nik, jangan menangis, ayo kita pulang," kata temannya. Ninik hanya sesenggukan, tanpa berkata apa-apa.

Kamis (30/06) ini bisa jadi hari paling buruk dalam hidup Ninik. Disaat sebagian besar temannya merayakan kelulusan, gadis siswa sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Surabaya Pusat itu dinyatakan tidak lulus. Nilai standart minimum yang dimilikinya jauh dibawah nilai standart minimum yang disyaratkan, 4.26.

Ironisnya, ketika dia belum mendapatkan informasi kelulusan, beberapa temannya sudah membubuhkan tanda tangan di baju seragamnya. Bahkan, ada juga yang menyemprotkan cat semprot warna-warni sebagai kenang-kenangan. Tapi lacur, ketika pihak sekolah mengumumkan nama-nama siswa yang lulus, nama Nanik tidak ada dalam daftar itu.

Jumlah siswa SMA di Surabaya yang tidak lulus dalam Ujian Nasional mengalami peningkatan. Tahun 2004 lalu hanya 566 siswa, sementara tahun ini meningkat menjadi 2555 siswa. Sementara di Jatim, tercatat ada 31 ribu siswa SMA, dengan perincian 4400 siswa jurusan IPA, 5180 siswa jurusan IPS, 1100 siswa jurusan bahasa dan 21090 siswa jurusan SMK. Serta siswa SMP sebanyak 24300 siswa. Jumlah total sekitar 56 ribu siswa di Jatim tidak lulus ujian.

Kepala Diknas Jatim, Rasiyo menilai, meningkatnya jumlah siswa yang tidak lulus tahun 2005 ini sebagai akibat dari naiknya standart nilai kelulusan dari 4.01 menjadi 4.26. Belum lagi dengan dihapusnya sistem konversi (menurunkan nilai tertinggi dan menaikkan nilai yang rendah). "Semua itu akibat dari naiknya standart nilai kelulusan," kata Rasiyo. Meski begitu, Rasiyo menilai ketidaklulusan itu adalah hal biasa.

Apalagi, kata Rasiyo, jumlah siswa di seluruh Indonesia yang tidak lulus tahun ini tergolong banyak, sampai 16,69 persen dari seluruh siswa SMA/SMK di Indonesia yang ikut ujian tahun 2005. "Jadi hasil ujian di Jatim tidak terlalu jelek untuk ukuran nasional," katanya.

Untuk siswa yang tidak lulus, ungkap Rasiyo, masih diberi kesempatan sekali lagi untuk ikut dalam Ujian Nasional II yang akan digelar Agustus mendatang. "Bagi yang sudah lulus, tidak usah ujian tahap II, tapi yang tidak lulus bisa mengikuti ujian tahap II, kalau bisa mencapai standart 4.26 bisa dianggap lulus," katanya.

Anggota Dewan Pendidikan Surabaya, Anita Lie mengungkapkan, besarnya jumlah siswa yang tidak lulus ujian nasional, harusnya menjadi koreksi sistem pendidikan secara nasional. Bahwa sistem pendidikan selama ini salah. "Ini harus jadi koreksi, bahwa sistem pendidikan yang dilakukan secara nasional, salah," katanya pada The Jakarta Post.

Salah satu kesalahan yang nyata adalah peningkatkan standart nilai 4.01 menjadi 4.26, tanpa mempertimbangkan faktor budaya yang berbeda. "Misalnya siswa di daerah Papua dan Jawa, harusnya tidak diperlakukan sama, bukan kwalitas pendidikannya, melainkan cara mengajarnya," tegas dosen Universitas Kristen Petra ini.

Untuk tahun-tahun berikutnya, Anita menyarankan pemerintah pusat tidak lagi mendikte pelaksanaan pendidikan di semua daerah. Karena setiap daerah punya ciri khas tersendiri. "Yang berhak menyatakan kelulusan itu adalah sekolah yang bersangkutan, pemerintah nasional hanya memberikan platform, sistem dan pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya pada sekolah setempat," katanya.***

SEMOGA KALI INI BERHASIL

Debu-debu di kursi tua itu beterbangan ketika tubuh munggil Gusti Ayu di duduk di atasnya. Raut mukanya terbalut kelelahan, berpadu dengan t-shirt dan celana jeans lusuh yang dikenakan. "Capek, harus les setiap hari," katanya pada The Jakarta post yang menemui di rumahnya, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (20/08) ini.

Gusti Ayu Netty Christina adalah satu dari 31 ribu siswa SMA di Jawa Timur yang tidak lulus Ujian Nasional tahap I tahun ajaran 2005-2006 yang dilaksanakan bulan Juni lalu. Data yang dilansir Departemen Pendidikan Nasional (Diknas) Jawa Timur menyebutkan terdapat 31 ribu siswa SMA tidak lulus ujian nasional.

Dengan rincian, 4.400 siswa jurusan IPA, 5.180 siswa jurusan IPS, 1.100 siswa jurusan bahasa dan 21.090 siswa jurusan SMK. Sementara untuk siswa SMP sebanyak 24.300 siswa yang gagal memenuhi nilai minimal dan tidak lulus. Jumlah total sekitar 56 ribu siswa di Jatim yang tidak lulus Ujian Nasional dan harus mengikuti ujian ulangan yang akan berlangsung Senin minggu depan.

Bagi Gusti Ayu, ujian ulangan yang akan berlangsung minggu depan ini bagaikan mengulangi "mimpi buruk" yang pernah dialaminya. "Ujian ulangan ini seperti mimpi buruk yang terulang, apalagi ketika ujian sebelumnya saya gagal lulus," kata siswa SMA Dharma Wanita Surabaya ini sambil menghela napas.

Pada Ujian Nasional lalu, nilai NUN Gusti cuma 3,33, jauh dari nilai rata-rata minimum yang disyaratkan agar bisa lulus, 4,26 untuk setiap mata pelajaran. "Nilai matematika saya jeblok, itu yang membuat saya akhirnya tidak lulus," katanya. Sayangnya, Gusty malu menjelaskan nilai matematika yang diperolehnya. "Yang pasti, di bawah rata-rata lah," katanya singkat.

Begitu dinyatakan tidak lulus, dirinya harus berhadapan dengan berbagai persoalan sekaligus. Terutama menutup rasa malu dihadapan teman-teman dan keluarganya. "Kalau pihak keluarga sudah bisa memahami, tapi menghadapi teman-teman itu yang sulit," katanya. Beruntung, dirinya tidak sendirian, ada 77 siswa lain di sekolahnya yang juga tidak lulus ujian.

Apalagi, berdasarkan "aturan main" Depdiknas, bagi siswa yang tidak lulus Ujian Nasional tahap I, masih diberi kesempatan sekali lagi untuk ikut dalam Ujian Nasional II yang akan digelar Agustus mendatang. "Bagi yang sudah lulus, tidak usah ujian tahap II, tapi yang tidak lulus bisa mengikuti ujian tahap II, kalau bisa mencapai standart 4.26 bisa dianggap lulus," kata Rasiyo, Kepala Diknas Jatim.

Kesempatan itu yang tidak disia-siapan Gusti Ayu dan kawan-kawannya. Setiap hari, dirinya dan ke-77 teman-temannya diberi les privat oleh pihak sekolah selama seminggu penuh. "Setiap hari, ketika teman-teman yang lulus ujian sudah mendaftar ke universitas, saya masih harus let privat di SMA saja," katanya.

Dalam les privat itu, dirinya diingatkan kembali dengan materi-materi pelajaran yang diajarkan secara singkat. Setelah itu, diberi kesempatan bertanya kepada gurunya. Bila dirasa cukup, guru akan memberikan contoh soal yang harus dikerjakan di sekolah dan di rumah sebagai pekerjaan rumah (PR). "Capek juga sih, tapi bagimana lagi ini untuk masa depan saya," katanya.

Menjelang Ujian Nasional tahap II yang akan berlangsung minggu depan, Gusti hanya bisa pasrah. "Semua usaha sudah saya lakukan, semoga kali ini berhasil," harap gadis berusia 18 tahun dan bercita-cita sebagai sarjana ekonomi ini.***

2 comments:

hidayat said...

mohon diberitahu hasil uan 2007 siswa MA Unggulan PP.Amanatul Ummah Surabaya (kalau anda tahu/dapat informasi dari diknas)kirim ke:farid_arged@yahoo.com

Ras Mario said...

Tolong dong di kasih ta, hasil UAN 2007 buat sekolah SMA Muhammadiyah 1 jakarta pusat.... Tolong ya, gw mhon bngt...... ouwya, dikirim aja reportnya ke :RasMario_Rastafarian@yahoo.co.id