Monday, May 08, 2006

Ketika Wartawan Tewas di Hutan Jati

Deretan hutan jati di daerah Desa Tarokan, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo tampak lengang ketika The Jakarta Post sampai di tempat itu, Jumat (05/05) ini. Hanya satu-dua kendaraan roda dua melintas di jalan tanah yang membelah hutan jati di kaki gunung Argopuro itu. Di tempat itulah, seorang wartawan tabloid lokal dibantai. "Lokasinya ada di tengah hutan, 30 meter dari jalan makadam," kata seorang mengendara sepeda motor menunjukkan lokasi jenazah ditemukan.

Tragedi kekerasan pada wartawan kembali terjadi di Indonesia. Kali ini menimpa Herlyanto, wartawan tabloid Delta Post di Probolinggo. Peristiwa itu seakan menambah panjang daftar kekerasan pada wartawan yang terjadi di Jawa Timur, setelah sebelumnya dua wartawan televisi, Sandi Irwanto dari ANTV dan Adreas dari TPI dipukuli petugas satpam Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Surabaya.

Pembunuhan Herlyanto itu terjadi Sabtu (29/4) malam lalu sekitar pukul 19.05 WIB. Ketika itu, wartawan berusia 38 tahun itu sedang melintas seorang diri itu jalan tembus Desa Tulopari Kecamatan Tiris menuju ke Desa Tarokan Kecamatan Banyuanyar, membelah hutan jati. "Dia mengatakan ada acara," kata Kepala Desa Tarokan, Sugiyadi pada The Jakarta Post, Jumat siang ini. Sugiyadi adalah orang terakhir yang bertemu dengan Herlyanto, Sabtu sore sebelum kejadian. Beberapa jam kemudian terdengar kabar Herlyanto tewas di tengah hutan jati.

Saat ditemukan, kondisi ayah dua anak itu sangat mengenaskan. Tubuhnya dipenuhi luka bacokan oleh benda tajam. Mulai punggung, perut hingga kepalanya. "Korban dipastikan sengaja dibunuh," kata Kapolres Probolinggo, AKBP.Drs.H.Wizarlan. Polisi yang melakukan olah TKP menemukan fakta kemungkinan adanya jumlah pelaku yang lebih dari satu.

Kesimpulan sementara menyebutkan, korban sengaja dibuntuti oleh beberapa orang sebelum dieksekusi. Herliyanto yang mengetahui kejadian itu berniat melarikan diri ke tengah hutan dengan meninggalkan sepeda motornya di jalan makadam. Tapi pelaku bisa mengejar dan membacoknya di punggung. Saat korban terjatuh, pelaku lainnya menghujaninya dengan sabetan senjata tajam.

Mengapa Herlyanto dibunuh? Hingga seminggu setelah peristiwa itu terjadi, belum diketahui secara pasti motif pembunuhan tersebut. Polisi sudah meminta keterangan sembilan orang saksi yang dianggap mengetahui peristiwa itu. Ricard De Mas Nre, salah satu rekan korban yang juga wartawan di Probolinggo meyakini, Herlyanto sengaja dibunuh karena berita yang ditulisnya. "Dia adalah wartawan yang kerap kali menulis berita kasus kriminal, saya yakin, karena berita yang ditulisnya itulah Herlyanto dibunuh," katanya pada The Jakarta Post.

Data yang diperoleh The Post menyebutkan, beberapa minggu belakangan ini, Herlyanto berkonsentrasi pada kasus penyelewengan keuangan di desa setempat. Mulai kasus penjualan air bersih, hingga kasus kerja pembuatan jembatan yang tidak sesuai standart yang ditentukan. "Bahkan sebelum meninggal, dia meng-sms saya untuk menilis berita tentang penyelewengan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah-RED)," terang Ricard.

Istri Herlyanto, Samiudiana sangat terpukul dengan peristiwa itu. Apalagi, Herlyanto adalah satu-satunya tonggak perekonomian keluarga. "Dibayar Rp.100 juta pun saya tidak akan terima, saya minta pelakunya dihukum mati, seperti yang diperbuat kepada suami saya," katanya. Pihak keluarga akan terus mendesak polisi untuk menuntaskan persitiwa itu. "Kalau perlu, saya akan menghadap ke Kapolda Jatim, dan meminta agar peristiwa ini diusut tuntas," katanya pada The Post dengan berlinang air mata.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menganggap kasus kekerasan ini adalah persoalan serius. Untuk itu AJI Indonesia mengutus tim investigasi untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di kabupaten 120 dari Surabaya itu. "Dari hasil sementara investigasi dan bukti-bukti yang kami kumpulkan di lapangan menyebutkan Herlyanto tewas karena berita yang ditulisnya," jelas Bibin Bintariadi, anggota tim investigasi AJI Indonesia. Benarkah? Entahlah. Yang pasti, ada wartawan yang tewas dibunuh di hutan jati.***

No comments: