Wednesday, December 17, 2008

Tragedi Bola Bendol

Benny Dollo menunjukkan siapa aslinya. Saat terus dicecar wartawan soal peluang Indonesia yang harus menang di partai semifinal kedua Piala Tiger di Bangkok, akhir pekan mendatang, tiba-tiba tensinya meninggi. Dalam sesi jumpa pers usai pertandingan tadi malam, Bendol –begitu sapaan pelatih asal Sulawesi Utara itu- tiba-tiba mendorong bola yang diletakkan di atas meja jumpa pers dan menggelinding di antara kursi wartawan. Tampaknya ia kesal, sudah tim merah putih kalah 0-1, e.. terus dicecar soal kemungkinan “mission impossible” di Thailand . Saya sendiri tidak melihat langsung adegan Bendol mendorong bola di ruang konferensi pers.

Saat itu saya merasa sudah cukup merekam suara Bendol dalam speaker di ruang jumpa pers. Alat rekam MP3 saya matikan, lalu saya nggosip di deretan belakang ruang jumpa pers bersama tiga jurnalis Sindo, kawan lama dari Surabaya. Dan tiba-tiba saya sadar ada keanehan saat bola kuning yang semula manis ditempatkan di depan, ngglundhung di lantai. Gosipan saya hentikan, lalu berseru, “Diancuk… Bendol ngamuk…” Sebelumnya, dalam rekaman saya, Bendol juga sudah menjawab soal kemungkinan menang di Bangkok bukanlah sebuah “mission impossible”. Saat saya putar rekamannya di rumah Selasa tengah malam, Bendol bilang, “Salah kalau Anda bilang itu misi yang tidak mungkin.

Dalam sepakbola itu everything can happen. Bola itu bundar, yang penting anak-anak punya nyali seperti pada permainan tadi…” Rupanya, ungkapan ‘bola itu bundar’ kembali diulangnya saat jurnalis kembali bertanya soal kans menang di Thailand. Hanya saja, mantan bek UMS 80 ini menambahkan kata-kata, “Bola itu bundar.. seperti ini…” Maka, menggelindinglah bola itu ke deretan kursi jurnalis.

Benny Selvianus Dolo yang dilahirkan di Manado 22 September 1950 memang seperti itu. Keras, dan seolah ngamukan. Dua tahun lalu, saya pernah menyaksikannya memimpin latihan Arema di Hotel Kusuma Agrowisata Batu. Ia berteriak keras, “Hei, kalau pegang bola jangan seperti pemain amatir…” Teriakan itu sangat keras, sampai terdengar ke tepi lapangan, padahal ia, yang melatih dengan involved langsung –bercelana pendek di tengah lapangan- berada puluhan meter dari sisi saya berdiri.

Toh, terbukti, teriakan itu tak sia-sia. Tak lama kemudian, Arema sukses mempertahankan gelar Coppa Indonesia dua kali berturut-turut, prestasi yang menjadi jualan curriculum vitae Bendol untuk menjadi pelatih timnas menyisihkan nama Rahmad Dharmawan. Ya, mau ngamuk atau merasa diremehkan, terserah saja om Benny… tapi kita berharap acara melempar bola ke depan wartawan di sesi jumpa pers itu bukan untuk pembenaran dan berkilah dari kekalahan. Buktikan di Bangkok, Sabtu nanti, om, bola itu bundar… Kalau tidak, Anda yang akan dilempar…

No comments: